Opini: "Pancasila" Sebuah Ideologi Bangsa atau Hanya Sekedar Pajangan Belaka?
Tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Penetapan tanggal 1 Juni berdasarkan pada Peraturan Presiden (Perpres) No 24 Tahun 2016 Tentang Hari Lahir Pancasila yang ditandatangani oleh presiden Joko Widodo pada saat itu. Nama Pancasila berasal dari bahasa sansekerta, Panca yang artinya lima dan sila yang artinya prinsip, asas, atau dasar. Pancasila dibentuk sebagai dasar negara Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila mewakili seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam tatanan dan aturan bernegara.
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara memang sangat bagus. Apalagi di dalamnya terkandung unsur gotong royong dan saling menghormati walaupun berbeda suku bangsa dan agama. Pancasila tidak memihak kalangan manapun. Semuanya akan mendapatkan hak yang sama sebagai warga negara Indonesia. Perumusan Pancasila juga berdasar pada ketuhanan yang maha esa. Artinya ideologi ini mengakui adanya tuhan.
Meskipun dalam ideologi Pancasila mengakui adanya tuhan, tetapi pelaksanaannya di lapangan sering mengesampingkan tuhan. Sebut saja kasus korupsi yang sedari dulu hingga kini masih meraja lela di Indonesia. Pencurian uang rakyat yang dilakukan oleh pejabat yang dulunya telah disumpah atas nama tuhan seakan menganggap uang lebih besar dari tuhan. Mereka melupakan keadilan dan adab sebagai manusia sesuai yang tertuang di Pancasila, ideologi bangsa.
Bahkan saat terjadi wabah Covid-19 sekarang ini, dana bantuan untuk masyarakat yang terdampak Covid-19 malah dikorupsi. Tak hanya kelas kakap saja, kelas teri juga ikut berebut memotong dana bantuan. Kondisi ini sangat menyimpang dari sila kelima yang menyebutkan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nyatanya tetap ada pemimpin dan pejabat yang kini menduduki kursi elit tidak berperilaku adil sama sekali.
Masyarakat kalangan bawah selalu mendapat susah. Gotong royong yang dulu sangat menjadi ciri khas Indonesia, kini malah luntur. Semuanya mementingkan ego sendiri tanpa mau mengulurkan tangan demi orang-orang bawah. Persatuan Indonesia yang dulu kuat hingga mampu mengusir penjajah, kini menjadi pecah karena mengharap upah dari asing. Kebijakan yang kini diambil terlalu menguntungkan asing dan menyengsarakan rakyat.
Sebut saja kebijakan penetapan undang-undang omnibus law, yang dianggap sangat menguntungkan perusahaan asing tetapi menyengsarakan pribumi. Selain itu, masuknya tenaga asing secara diam-diam juga sangat menyakiti hati masyarakat. Masyarakat yang sekarang butuh pekerjaan demi memenuhi kebutuhan hidup, harus tersingkir dari pekerja asing. Jika demikian, dimana kebijaksanaan orang-orang di kursi elit yang seharusnya mengayomi masyarakat?
Ideologi, ideologi. Pancasila yang seharusnya diterpakan demi kesejahteraan masyarakat dalam bernegara kini diabaikan demi keuntungan yang tak seberapa. Sila-sila yang begitu mulia kini hanya terpampang di tulisan tanpa terealisasi dalam tindakan. Pancasila yang senantiasa dibacakan ketika upacara bendera, nyatanya hanya menjadi hafalan semata. Manusia sekarang tahu cara menghafal tapi lupa untuk menerapkan.
Hemat penulis, alangkah baiknya kita menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila yang telah dibentuk dengan perjuangan darah pejuang bangsa. Kita dapat memulainya dengan cara menghormati sesama, berperilaku jujur, dan tidak Sombong. Sifat dan sikap ini jika ditanamkan pada generasi bangsa, maka mereka akan menjadi perubahan yang nyata bagi negara Indonesia.
Sangat percuma meluruskan sifat dan sikap pejabat yang duduk di kursi nyaman sekarang ini. Mereka dipenjara juga masih bisa tersenyum tanpa beban. Penulis hanya berharap di hari lahirnya Pancasila ini semoga Indonesia semakin maju dan sedikit demi sedikit demi sedikit mampu memunculkan generasi bangsa yang baik akhlaknya dan perilakunya.
Sedikit mengingatkan sila-sila yang tertuang di Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, kami sajikan dari sila satu hingga sila kelima.
Satu: Ketuhanan Yang Maha Esa
Dua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Tiga: Persatuan Indonesia
Empat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan
Lima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Tentang Penulis
Karya ini ditulis oleh Muhamad Jafarull Afan yang merupakan admin dari blog yang sederhana ini. Jafarull sapaan akrabnya pernah bergabung juga di We Media Uc News. Selain itu ia juga aktif menjadi konten kreator di Brillio.
Pembuatan blog ini dimaksudkan untuk berbagi inspirasi dan semangat khususnya para pemuda pemudi Indonesia. Jika ingin menghubungi admin bisa melalui halaman kontak di blog ini.