Nadiem: "Pembelajaran Jarak Jauh Dapat Merusak Perkembangan Anak"
Sejak pandemi corona corona Indonesia, sekolah-sekolah menjadi ditutup. Pembelajaran beralih dari yang semula tatap muka, menjadi pembelajaran jarak jauh melalui daring / online.
Sebenarnya mau tidak mau memang harus dilakukan demikian agar pendidikan tetap berjalan. Di negara-negara lain juga mengalami hal demikian. Sekolah ditutup demi menjaga anak-anak dari terpapar virus.
Namun, pembelajaran jarak jauh / belajar online ternyata memiliki segudang dampak negatif. Bahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyebutkan bahwa pembelajaran jarak jauh dapat merusak perkembangan anak.
Dikutip dari Kompas.tv (09/08/2020), Nadiem menyebutkan bahwa ada empat dampak negatif dari pembelajaran jarak jauh. Pertama dapat mengakibatkan siswa putus sekolah. Hal ini karena siswa fokusnya menjadi terbagi-bagi. Ia fokus belajar online, tetapi di sisi lain ia juga harus membantu orang tua mencari rupiah.
Ini terjadi karena perekonomian keluarga merosot drastis. Tidak ada pemasukan lagi, sehingga anak harus rela ikut bantu orang tua demi bertahan hidup. Banyak kasus yang sudah ditemui dan betebaran di media sosial maupun media mainstream. Jika hal ini terus berlanjut maka pembelajaran jarak jauh dapat mengakibatkan siswa menjadi tidak semangat lagi untuk bersekolah.
Kedua, pembelajaran jarak jauh dapat mengakibatkan kurangnya capaian belajar. Atau lebih tepatnya pembelajaran tidak maksimal karena adanya kesenjangan akses (lain daerah lain jaringan internet) dan kualitas materi online sendiri.
Penyampaian materi secara online, tentu akan berbeda dengan penyampaian materi secara tatap muka. Dengan tatap muka, guru dapat berinteraksi langsung atau menunjuk siswa (untuk aktif), tetapi ketika online guru hanya menyampaikan materi dan memberikan soal. Tidak ada interaksi yang dapat melatih kemampuan berbicara atau keberanian siswa.
Ketiga, dampak Pembelajaran jarak jauh mengakibatkan kekerasan pada anak. Hal ini sangat sering terjadi. Bahkan di media sosial dan grup WhatsApp juga bertebaran video yang memperlihatkan anak dipukul oleh orang tua karena kesal anaknya tidak mudeng atau kurang memahami materi. Hal ini karena pendidikan yang diberikan oleh guru sangat berbeda dengan orang tua. Jika bersama guru, si anak lebih aktif tetapi jika bersama orang tua si anak jadi takut.
Keempat, berubahnya persepsi orang tua terhadap sekolah. Hal ini karena orang tua tidak melihat peranan sekolah dalam proses belajar mengajar. Hal ini juga dapat menimbulkan ketidakpercayaan orang tua terhadap sekolah yang mungkin dapat menimbulkan mereka enggan untuk menyekolahkan anaknya lagi. Lihat Juga: Rekomendasi Paket Internet Murah
Meski Mendikbud tahu bahwa pembelajaran jarak jauh memiliki dampak negatif yang luar biasa, mereka juga sedang mengupayakan untuk melonggarkan pendidikan agar dilakukan secara offline atau tatap muka. Dikutip dari Kemdikbud.go.id (9/8/2020) Kabar terbaru menyebutkan bahwa Mendikbud mulai melonggarkan sekolah di daerah dengan status zona kuning. Sebelumnya Mendikbud hanya mengizinkan sekolah di buka kembali di zona hijau.
Source:
- Kemdikbud.go.id
- Kompas.tv
Emang pembelajaran jarak jauh ini masih cukup menjadi pro-kontra..
Oiya, kalau butuh tutorial blogging khususnya viomagz bisa cek Dirga ID