Cerita Cinta yang Negatif penuh dosa

Cerita Cinta yang Negatif 

Tidak semuanya cerita cinta itu positif dan membahagiakan, ada pula cerita cinta yang negatif dan selesai dengan momen yang sangat ironis. Semua bergantung dari pengarang yang membumbui jalan ceritanya. 
cerita cinta yang negatif dan penuh dosa
cerita cinta yang negatif

Perbedaan antara Pasangan Senang dan Menderita

Tiap jalinan terlilit pada halaman cerita. Ada bab saat Anda duduk sendirian di restaurant romantis sebab John telat untuk kencan malam. Atau malam yang tidak terhitung jumlahnya yang istri Anda gunakan celana "tidak berhubungan seksual" untuk memberitahu Anda jika ia terlarang.

Kehidupan kita dan jalinan kita selalu dikisahkan oleh pendongeng pemikiran kita. Narator ini entahlah akan menulis memoar cinta yang memilukan, atau novel romantis sialan terhebat yang ada (walau jaman kegelapan).

Seluruh jalinan, berbahagia dan menderita, alami kejadian yang disesali. Menurut John Gottman, 90% 1 dari pasangan waktu salah pengertian keduanya, tinggalkan jalur cinta yang masak untuk satu cerita gelap. Saya tidak bicara mengenai cerita gelap 50 Shades of Grey; Saya bicara mengenai cerita yang tidak seorang juga pengin membaca.

Di mana Anda menipu pasangan Anda. Yang Anda tinggali di dalam rumah bersama pacar Anda, cuman jalani kehidupan paralel waktu Anda jadi tidak berbahagia dan kesepian.

Cerita Cinta Yang Negatif

Apa Anda Brad Pitt, Barack Obama, atau SofĂ­a Vergara, cerita cinta yang negatif yang tidak bisa dijauhi dalam jalinan Anda. Ketidaksamaan di antara pasangan yang berbahagia dan tidak berbahagia ialah bagaimana acara ini diolah. Mereka akan diolah bersama. Atau mungkin tidak sama sekalipun.

Jumpai Bluma Zeigarnik. Di tahun 1922, Bluma Zeigarnik melihat beberapa pelayan tangani pesanan besar dan susah tanpa ada pernah menuliskan. Itu tiup pemikirannya. Ia menginterviu beberapa pelayan dan mendapati jika tiap pesanan betul-betul dilalaikan demikian dikirim ke konsumen setia. Pengamatannya ke arah pada dampak Zeigarnik yang populer, yang mengatakan jika daya ingat akan karakter manusia mempunyai kekuatan yang lebih bagus untuk ingat kejadian yang belum usai dibanding dengan kejadian yang usai.

Ucapkanlah Molly, kekasihmu, ialah wanita genit. Dan satu malam waktu Anda pergi bermain sama dia dan rekan-rekan Anda, ia entahlah bagaimana mendapati jalannya di samping Tom setiap saat Anda ke bar atau kamar mandi. Anda mulai bertanya apa ia lebih mencintai Tom dibanding Anda. Bila ia menyukaimu sama dengan Anda dengannya. Malam itu, saat Anda tiduran di sampingnya dalam tempat tidur, pemikiran Anda mengulang-ulang episode itu berkali-kali. Ini ibarat melihat video kucing Youtube yang sama 122 kali pada pukul 3 pagi.

Malam itu, pemikiran mengusik Anda mengganti Anda berkali-kali di bawah helaian teori mengenai kenapa ia lakukan apa yang ia kerjakan. Sebab Anda tak pernah bicara dengannya mengenai hal tersebut, kejadian itu masih fresh dalam daya ingat Anda. Itu mengusikmu. Anda mulai alami apa yang oleh psikiater disebutkan disonansi kognitif.

Di satu segi, Anda ketahui Anda jatuh cinta dengan wanita ini, tapi di saat yang sama Anda berlawanan dengan cerita jika ia kemungkinan tidak menyukaimu. Supaya ia inginkan seseorang. Seiring berjalannya waktu, peristiwa tunggal ini mempersunting "cerita kami" di kepala Anda.

Pada akhirnya, kejadian negatif ini menaklukkan hati baik yang Anda punyai dalam jalinan. Perlahan meniadakan tinta keyakinan memercik di halaman awalnya cerita cinta Anda. Supaya masih stabil dengan hati Anda sekarang ini mengenai Molly, pemikiran Anda membaca ulangi bab-bab awalnya mengenai jalinan Anda untuk mendapati bukti selanjutnya mengenai kenapa Anda tidak harus memercayainya.

Bila cukup "bukti" diketemukan dan Anda menghindar mengulas ini dengan Molly, Anda selanjutnya akan capai tingkat batasan di mana kisah jalinan Anda kebalik. Anda ingat seluruh pengalaman jalinan Anda dalam pemikiran negatif; bahkan juga yang bagus. Waktu ia mengolahkan makan malam eksklusif untukmu, kau mulai yakin, bukan lantaran ia pengin lakukan suatu hal yang baik untukmu. Ia melakukan sebab kamu membuat berasa bersalah sebab memikat Jake.

Pemikiran ialah hal yang lucu. Ini ibarat penipu yang berpotensi, menganyam permadani memory dan pemahaman secara mendalam hingga memberikan keyakinan jika orisinalitasnya tidak dikenali. Sejauh hidup kita, otak kita sudah ambil juta-an photo, merekam juta-an suara, berbau, rasa, dan struktur. Tiap hari. Tahun untuk tahun. Kami sudah simpan pengalaman ini di bank memory yang kelihatannya tak pernah membludak. Kita bisa dengan gampang ingat saat itu sepanjang ulang tahun pernikahan kita di mana pasangan kita lupakan hari itu, membuat kita bertanya berapa besar mereka betul-betul perduli pada kita.

Jadi bagaimana kita simpan semesta alam yang luas pengalaman dari kita ke dalam hard drive kecil antara telinga kita?

Kami menipu diri kita. Perincian pengalaman kita tidak tersimpan dalam daya ingat kita seperti ada. Misalkan: pikir kembali lagi makan yang Anda makan 9 hari yang kemarin. Saat ini pikir tempat kongkow favorite periode kecil Anda. Yang paling akhir kemungkinan lebih gampang dikenang dibanding yang pertama. Itu sebab daya ingat kita direncanakan untuk konsentrasi pada signifikansi dan arti pengalaman dari kita saat sebelum isi arti pengalaman kita dengan detil sangkut-paut.

Saat kita ingat satu daya ingat, otak kita secara cepat membuat kembali lagi hubungan pengalaman kita dengan pemahaman kita sekarang ini. Makna pengalaman dari kami sekarang ini. Saat otak kita lakukan ini, kita selekasnya mendapati pasangan kita jadi benar-benar kesal dalam kehidupan kita. Kami meningkatkan sikap negatif pada mereka saat cedera dari peristiwa itu terulang lagi dalam pemikiran kami kembali dan kembali.

Pada akhirnya pemikiran kita, seperti seorang pesulap, mengganti hati negatif terus-terusan kita mengenai pasangan kita jadi satu atraksi yang cuman memungkinkannya kita untuk menyaksikan yang paling akhir.
Tidak semuanya cerita cinta itu positif dan membahagiakan, ada pula cerita cinta yang negatif dan selesai dengan momen yang sangat ironis.
cerita cinta yang negatif

Love Story

Seorang lelaki berdiri dari duduknya waktu ke-2 orang bodiguard nya memberikan laporan suatu hal yang membuat tersentak saat itu juga. "Mengapa kalian dapat sampai meleng hah!" teriaknya.

"Maaf mas, waktu itu mas raffi menjelaskan akan pergi kerumah temannya, mas raffi tidak mau kami terus mengikutnya. Kami mengantarkan mas raffi sampai rumah itu " 

Lelaki itu pejamkan matanya, dia seringkali memperoleh laporan semacam ini. "Telah berapakah hari raffi pergi?" Bertanya nya. 

"3 hari mas"

"3 hari? Mengapa kalian baru menyampaikannya saat ini!" Teriaknya kembali. 

"Kami telah mengontak mas, tetapi mas tidak mengusungnya. Maafkan kami mas, kami telah menelusurinya dengan mengeluarkan seluruh rekan-rekan kami. Tetapi mas raffi belum diketemukan" 

Lelaki itu menggeram kecewa, Adiknya itu benar-benar sangat sulit ditata. Akhir kali dia menyaksikannya berboncengan dengan seorang wanita dan menginap didiskotik.

Cerita Cinta Di Mulai 

Itu membuat benar-benar geram, sampai harus mengungkungnya di rumah. "Mencari raffi sampai bisa! Janganlah sampai mama dan papah tahu mengenai ini" tegasnya. 

"Iya mas, kami izin" 

Lelaki itu menggangguk dan kembali lagi duduk. Dia mengacak-acak rambutnya dengan asal. 

Benar-benar dia betul-betul bingung harus bagaimana menanggapi adiknya itu. 

Tingkahnya sangat kelewatan, sering kali membuat kecewa. 
*****
*****
"Kamu senang neng?" 

"Iya a, yaya senang pisan" 

Yaya tidak stop tersenyum sebab ilham jemputnya waktu pulang sekolah dan ajaknya jalanan dan singgah ke kebun bunga kepunyaannya. 

"Kamu senang bunga apa neng?" Bertanya ilham. 

"Yaya senang bunga matahari a"

Yaya mengedarkan penglihatannya, pada tiap kebun bunga yang dia lalui. 

"Mengapa senang bunga matahari?"

"Karena.. Bunga matahari itu ibarat aa" 

"Kok seperti aa sich neng, ngaco kamu" Ilham terkekeh 

"Bunga matahari itu ibarat aa.. Aa seperti matahari yang terus menerangi yaya" Yaya hentikan jalannya, tersenyum memandang ilham. 

"Gombal kamu neng" 

"Yaya serius ih aa mah!" Yaya mengambil karena ilham menertawakannya. 

"Iya iyaa.. Terima kasih neng"

"Iya a, ih yaya teh sayang pisan sama aa"

Kembali lagi ilham cuman dapat tersenyum, dia berasa berbahagia sebab yaya mengasihinya. 

"Kok malahan senyuman saja sich a?" Yaya memandang ilham bingung. 

"Lagi?" 

"Semestinya aa ngomong kalau aa sayang sama yaya" 

"Tidak perlu ngomong neng tentu tahu"

"Tetapi yaya ingin denger langsung atuh a" 

Ilham mengedikkan pundak nya, berjalan melalui yaya membuat mendesah perlahan. 

"Aa tidak sayang sama yaya?" Bertanya yaya pastikan, ilham tersenyum tanpa ada yaya kenali. 

"Ya sudah ah, yaya mah ingin pulang saja"

Yaya mengambil selanjutnya kembali menjauhi dari ilham yang terus berjalan tanpa ada mempedulikannya. 

"Yaya!" 

Sesudah lumayan jauh ilham panggil yaya, membuat yaya hentikan jalannya selanjutnya tersenyum tanpa ada ilham kenali.

"Jangan pundungan atuh neng, pamali" Kata ilham sesudah berdiri di depan yaya, bisa dia saksikan mata yaya berkaca-kaca. "Aa sayang pisan sama yaya, Aa cinta sama yaya" Ilham tersenyum memberi setangkai bunga mawar pada yaya. 

"Aa.."

Airmata yaya melaju demikian saja, dia betul-betul benar-benar berbahagia. Dengan penuh haru, Dia terima bunga yang diberi ilham kepadanya. "Terima kasih ya a, aa teh meni so sweet!" Yaya menyeka airmatanya selanjutnya tersenyum lebar. 

"Iya sayang"

Mata yaya mengerjap perlahan, memandang ilham. 

"Apa?"

Bertanya ilham berpura-pura bodoh. 

"Coba satu kali lagi a" Tuntutnya.

" Apanya? "

"Baru saja aa ngomong apa?"

"Iya" 

"Aah ada kembali baru saja mah iih!"

"Salah denger kamu neng"

"Tidak! Yaya tidak salah denger. Kembali a"

Ilham menggelengkan kepalanya. 

"Ya sudah ah yaya ingin pulang saja"

"Ya sudah sana pulang"

"Tega da aa mah" Yaya mengentakkan kakinya sebal. 

"Tega apa? sayang.."

" Aakhhh! Aa sini atuh dekap! " Yaya memekik suka. 

Ilham langsung larikan diri saat yaya melebarkan tangannya. 

"Aa! Mari dekap a!"

Yaya ketawa memburu ilham yang lagi menghindari. 

"Tidak boleh neng, jangan" 

Teriak ilham sekalian lari. 

"Atuh da ih tibang meluk doang mah tidak apa-apa a" 

"Bukan mukhrim"

Yaya ketawa begitupula dengan ilham yang lagi lari sebab yaya lagi memburunya. Ke-2 nya ketawa terlepas tanpa seorangpun yang mengusik. 

****** 
"Yaya belum pulang ya bi?" Raffi dekati Aminah yang nampak sedang mengolah didapur. 

"Belum den, barusan sich ngomong sama bibi ucapnya ingin main sama ilham" Sahut aminah tanpa ada melihat. 

Raffi termenung, kembali lagi dia berasa tidak senang. "Ilham itu sebenernya siapa sich bi?" Bertanya raffi ingin tahu. 

"Ilham itu salah satunya pemuda dikampung ini den, kecuali kasep. Ia berprestasi, sudah gelar sarjana. Pinter ngaji, punyai usaha sendiri kembali den"

Aminah tersenyum memandang raffi.

" Sepertinya yaya senang ya sama sang ilham "

" Iya den, siapa saja akan senang atuh sama ilham mah " 

" Ia punyai usaha apa emangnya? "

" Punyai kebun bunga, setiap ada yang ingin acara ilham repot mengurusin konsumen setianya, bahkan juga kerap ngirim kota " 

" Oh begitu " 

Raffi mengganggukkan kepalanya. 

" Assalamu'alaikum " 

" Waalaikumsalam "

Tatapan raffi teralih pada yaya yang barusaja tiba dengan bawa satu batang bunga dan entahlah apa di dalam plastik hitam. 

" Ibu masak apa ini hari? " 

Bertanya yaya sambil merapat. 

" Sayur lodeh neng, mengapa? "

Aminah tersenyum melirik yaya. 

" Ini yaya membawa buah, diberi aa ilham barusan " 

" Ohh alhamdulillah neng, taro saja disitu. Kelak ibu bersihkan " 

" Yaya ingin ke kamar dahulu ya bu "

Pamitnya. 

" Iya neng, janganlah lupa langsung mandi "

" Iya iyaa.. "

Raffi terus memerhatikan yaya, sampai yaya menyaksikan kearahnya. 

" Apa liat-liat? " 

Kata yaya sesudah melalui raffi. 

" Percaya diri lo! "

" Hiliih memang kamu melihatin yaya kok, wlee! " Yaya memeletkan lidahnya, membuat raffi melotot kecewa. 

Aminah tersenyum, menggelengkan kepalanya. " Maaf yaa den, yaya teh senang begitu " ucapnya tidak nikmat hati. 

" Tidak apa-apa bi, sudah biasa dari tempo hari nyebelin " Sahut raffi. 

" Kamu lebih nyebelin kembali huu~ "

" Yayaa.. "

Tegur Aminah. 

" Ia lebih dulu buu! "

Yaya berteriak. 

" Sudah ah den, tidak perlu dilayanin "

Raffi mendengus dan usaha tidak untuk terpancing. 

Yaya masuk ke kamarnya, senyumannya kembali lagi merekah saat memikirkan kebersama-samaannya dengan ilham. 

" Aa ilham so sweet! "

Yaya mencium bunga itu dengan gaungs, meletakkannya dimuka cermin dandan. " Yaya berbahagia pisan ya allah.. " Mata yaya berbinar-binar. " Aa ilham pang kasepna, idola hati yaya " Yaya mekik, dan tersenyum sendiri dimuka cermin. 

Kemungkinan bila ada seseorang yang menyaksikan, yaya akan disebutkan seperti orang edan. 

Mendadak senyumnya luntur, tatapan yaya teralih pada hp yang terkapar di dekat buku nya. " Ini teh hape sang raffi, mengapa ingin dibuang coba meni bagus beini " Yaya meletet bingung. 

Dia mengaktifkankan smartphone itu selanjutnya menyikat handuk, segera untuk selekasnya mandi. 

" Aden ingin ke masjid? "

Samar-samar, yaya dengar ibu nya bernada. Dia mengentikan jalannya. 

" Iya bi, sudah ingin maghrib sepertinya "

" Alhamdulillah den, bibi senang pisan dengernya "

" Ya sudah jung atuh, kelak setelah dari mushola kita makan sama nya " 

" Iya bi "

Yaya menegakkan tubuhnya saat raffi tampil dituruti ibu nya. 

" Nguping ya lo? "

" Hih, naon da yaya mah baru ge keluar. Percaya diri pisan! "

Yaya berjengit, dia mengambil langkah lebar ke arah kamar mandi membuat ibu nya menggelengkan kepala. 

****** 

" Dasarnya papah tidak ingin tahu! Kamu harus mencari raffi sampai bertemu! "

Lelaki itu membentakkan giginya dengar gertakan dari si ayah yang sekarang murka karena anak bungsu nya pergi entahlah ke mana. 

Dia mengisap udara dalam-dalam, selanjutnya hembuskannya perlahan-lahan. 

" Raffa! " 

" Raffi memang tidak pulang sudah 3 hari ini, tetapi papah tenang saja. Raffa akan selekasnya mendapati raffi kembali lagi " 

Raffa, lelaki itu coba sabar hadapi papah nya yang sekarang nampak benar-benar emosi. 

" Bila kamu telah mendapati raffi, membawa ia kehadapan papah! Anak itu betul-betul harus dikasih pelajaran! " 

Raffa cuman dapat menggangguk pasrah, dia telah begitu pusing dengan tingkah laku adiknya yang demikian menentang. 

Cerita Cinta Romantis [/H2]

Entahlah apa yang dia pikirkan, kepalanya seperti akan pecah. 

Ting! 

Raffa mengubah tatapannya pada hp yang mengeluarkan bunyi, dia merapat. Disitu tercatat laporan pengangkutan pesan. 

Senyuman tipis terukir terang dari muka gantengnya. 

" Raffi! "

Gumamnya tanpa ada suara. 

Dengan selekasnya dia mengontak nomor raffi. 

Yaya mengerjap perlahan saat dengar suara hp mengeluarkan bunyi. " Hape sang raffi bunyi? Siapa nya? " Yaya langsung mengeceknya, nomor tidak dikenali. Dia mengernyitkan keningnya bingung. 

" Buuu.. "

Yaya keluar langsung kamar, mendekati ibu nya dikamar. 

" Apa neng? "

Bertanya Aminah. 

" Ini hape nya sang raffi bunyi "

" Kok dapat sama kamu hape nya? "

Aminah menatapnya bingung. 

" Iya kan tempo hari hape nya ingin dibuang sama sang raffi, ya sudah atuh diambil saja sama yaya. Soalnya nyaah atuh bu "

Terang yaya. 

Aminah menggangguk dengar keterangan anaknya. " Raffi nya belum pulang, coba angkat saja "

" Tidak apa-apa emangnya bu? "

" Tidak apa-apa, berlagak angkat. Ibu ingin nyiapin dahulu makannya "

Yaya menggangguk, kembali lagi masuk kamar. 

Selang beberapa saat, hp itu kembali lagi mengeluarkan bunyi. Yaya langsung mengusungnya. 

" Halo? Assalamu'alaikum "

Sapa nya berhati-hati. 

Disebrang sana, raffa mengernyitkan keningnya bingung. Mengapa seperti suara wanita. [ Halo? Raffi? Lo di mana? ]

" Mm.. Punten, ini teh sama siapa? "

Bertanya yaya berhati-hati. 

[ Ini nomornya raffi kan? Mana raffi ]

" O-oh, iya.. Ini teh nomornya raffi. Tetapi punten a, raffi nya kembali sholat dimesjid belum pulang " 

[ Sholat? ]

Raffa sedikit terperangah. 

" Iya, atuh kelak we telepon kembali kalau raffi nya telah pulang "

[ Eh nantikan, nantikan! ]

" Iya ada apakah? "

[ Saya bisa meminta alamat kan? Saya ada perlu sama raffi. Penting ]

" Oh.. Dapat dapat " 

Yaya mengatakan alamat kampungnya, disebrang sana raffa tersenyum penuh kemenangan sesudah menulis alamat itu di suatu catatan. 

[ Terima kasih ya ]

" Sama " Yaya langsung tutup ikatan telepon itu. Dia mengernyit bingung. " Mengapa orang itu teh meni siga terkejut cocok yaya ngomong raffi sholat dimesjid? "

" Hiih, tentu da karena sang raffi mah tidak pernah sholat. Amit-amit " Yaya mendengus, menempatkan hp itu selanjutnya keluar dari kamarnya. 

Raffi tersentak saat yaya keluar dari kamarnya. Secara cepat dia mengganti gestur. 

" Neng.. Ajakin sang aden makan " 

Teriak aminah dari dapur. 

" Iya, Adeen~ mari makan "

Raffi memutar bolamatanya, ajakan yaya seakan mengejek. Yaya terkikik menyaksikan raffi yang nampak kecewa. " Landasan anak mamih! "

Bibir yaya menyibik sambil mengikut cara raffi. 

" Sang Aden meni kasep pisan.. Berlagak sini duduk, kita makan " 

Raffi tersenyum senang saat Aminah menyambutnya, meremehkan yaya yang berjalan ada di belakangnya. 

Yaya meletet dengar ibunya beri pujian raffi, mendudukkan dirinya dengan sebal. Ibu nya nampak demikian perhatian pada raffi. 

" Yang banyak makannya den, bibi masakin opor ayam kegemaran aden " 

Kata aminah penuh perhatian. 

" Terima kasih bibi "

Sahut raffi, hatiya demikian hangat. 

Dengan tekun, Aminah menyendokkan nasi dan Opor ayam untuk raffi. Menyaksikan itu yaya mendelik. 

" Neng.. Sini agar ibu ambilin nasi nya "

" Tidak perlu bu, yaya kan dapat ngambil sendiri! " Ucapnya penuh penekanan. Matanya melotot mengarah raffi, menyengaja mengkritik. 

Raffi tersenyum penuh kemenangan, memeletkan lidahnya. Nyaris sendok ditangan yaya melayang-layang bila Aminah tidak meredamnya. 

********* Ke esokan harinya **********

Raffa termenung di mobilnya saat sampai dimuka satu rumah. " Ini rumah siapa? Mengapa sang raffi dapat nyampe sini? " 

Gumamnya perlahan. 

Dia berasa malas keluar, dia harus pastikan lebih dulu jika raffi betul-betul ada di sini.

" Awas nya kalau kamu nyuruh-nyuruh ibu buat nyuciin sepatu! Bersihkan sendiri! "

Penglihatan raffa teralih pada gadis mengenakan seragam SMA yang barusan keluar dengan muka kecewanya, nampak bersungut-sungut.

" Bawel sekali sich lo! Sudah sana pergi "

"Raffi!" Raffa tersenyum, raffi betul-betul ada di rumah itu.

" Itu den raffi mas! "

" Mari kita turun! "

" Saya ketahui! Nantikan sesaat! "

2 boddygouard raffa langsung termenung memerhatikan raffi yang tengah bercengkrama dengan seorang gadis.

" Yaya.. Sudah, tidak boleh begitu atuh sama sang aden " Raffa terheran, mengenal siapa yang keluar rumah mengikut raffi dan gadis itu.

" Bibi Aminah? " Gumamnya, sedikit kaget.

Raffa menyaksikan gadis itu menyalimi bibi Aminah. Dengan selekasnya dia keluar dari mobil sesudah gadis itu pergi, dituruti ke-2 boddyguard nya.

" Raffi " Raffi tersentak saat kakaknya sekarang ada tidak jauh darinya, bersama 2 ajudan setia nya.

" Membawa raffi " Perintahnya.

" Tidak boleh merapat! " Raffi berteriak penuh kemarahan, membuat ke-2 boddyguard itu termenung ragu.

Aminah nampak khawatir sebab tidak pahami keadaan.

" Den.. "

" Cepat bawa! "

Teriak raffa keras, ke-2 boddyguarnya langsung menangkap lengan raffi.

" Lepasin Gue! "

" Aden.. Ya allah! " Aminah berteriak cemas.

" bawa ia kemobil! "

" Siap mas! "

" Tidak! Terlepas! Lepasin gue sialan! Aarrggghh "

" Den raffi! "

Aminah berteriak histeris saat raffi digeret-seret masuk ke mobil.

" Bebaskan den raffi! Bebaskan! "

Aminah usaha memburu raffi yang meronta-ronta.

" Bibi.. "

Aminah terheran, memandang muka lelaki yang sekarang ada didepannya.

" Bibi tenang saja, raffi akan baik saja "

" Kamu ini siapa! Mengapa raffi dibawa pergi! Bebaskan den raffi! "

Teriak Aminah dibarengi airmata.

" Saya raffa bi, kakaknya raffi. Bibi sudah lupa? " Ucapnya sedikit sedih, mengapa bibi Aminah tidak mengingatnya.

Mata aminah membulat. Dia berasa tidak menduga jika lelaki yang ada didepannya ialah raffa. " Den raffa? "

Ucapnya tanpa ada sadar.

Raffa menggangguk dan tersenyum hangat.

" Maaf bi, raffa tidak dapat lama. Raffa harus pergi " Raffa sentuh pundak Aminah, coba menentramkan. " Bibi tenang saja, raffi tidak akan kenapa-kenapa. "

" Den! Mengapa den raffi teh dibawa den! Aden nantikan! "

Raffa tidak menghiraukan pengucapan aminah, dia selekasnya masuk mobilnya.

Dia melirik mengarah raffi sepintas, raffi terlihat tertidur. Ia paham, raffi tidak sadarkan diri. Itu lebih bagus, dibanding dia lagi meronta dan berteriak.

Disitu Aminah berteriak-teriak mendobrak-gedor kaca mobil raffa sambil menangis. " Den raffa! Tidak boleh membawa den raffi! " teriaknya.

Raffa mendesah perlahan, menjaringkan mobilnya membuat aminah makin menjerit-jerit bahkan juga sebagian orang sempat memburu mobilnya.

Aminah menunduk lemas, dia demikian cemas dengan raffi. " Ya allah.. Sang aden teh mengapa dibawa " Jeritnya, membuat sebagian orang merapat.

Aminah ditenangkan tetangga-tetangga nya, dibawa masuk ke rumah.

Ilham yang kebenaran melalui, mengernyitkan keningnya sebab rumah bu aminah nampak ramai. " Assalamu'alaikum, punten ini teh ada apakah? " Bertanya ilham khawatir.

Cerita Cinta yang Negatif Kembali Lagi

" Itu ham, baru saja bu aminah nangis-nangis. Tamu nya dibawa pergi dengan orang "

" Astagfirullahaladzim "

Ilham langsung menyerobot masuk, mendekati Aminah yang terduduk lemas dikursi.

" Ibu.. Ibu tidak apa-apa? "

Bertanya ilham berhati-hati.

" Den raffi, den raffi dibawa pergi ilham.. Kumaha atuh ibu teh takut "

Jawab Aminah. Badannya gemetaran.

" Ibu tahu siapa yang sudah membawa raffi? "

" Raffa dibawa sama kakaknya, tetapi atuh da meni digeret-seret kitu. Ibu takut sang Aden kenapa-kenapa "

" Ibu saat ini tenang, tidak boleh cemas. Mendingan berdo'a, insya'allah raffi baik saja " Ilham bicara halus, menentramkan Aminah.

Aminah menggangguk, sesudah memperoleh ketenangan dari ilham.

Menyaksikan itu, ilham tersenyum.

" Yaya tahu kalau raffi dibawa pergi? "

Tanyanya kembali.

" Tidak, barusan th cocok yaya mangkat. Mobil etateh tiba "

" Ibu-ibu yang barusan itu ibarat mengenali den raffi, mas " Bertanya salah seorang boddyguard raffa.

" Itu ibu asuh raffi waktu kecil "

Ke-2 boddyguard itu sama-sama pandang.

" Patut saja mas, kemungkinan den raffi ke sana pengin menengoknya "

" Saya tidak paham "

Raffa mendesah perlahan, dia memikir raffi nampak berbeda jauh saat bersama Aminah.

Dan dia masih ingat, tadi malam. Gadis itu menjelaskan jika raffi sholat dimasjid.

Entahlah apa yang ada difikiran raffi, sampai membuat jadi seorang pembangkang bahkan juga benar-benar keras kepala.

Bahkan juga dia pernah ajak raffi sholat, mengaji. Tetapi raffi tak pernah ingin, raffi akan cenderung pilih bermain game selama seharian bila tidak punyai aktivitas.

Raffa mengusak rambutnya, berasa pusing pikirkan tingkah adiknya.

Sesudah beberapa saat diperjalanan, pada akhirnya raffa sampai di suatu rumah eksklusif yang seperti terlihat istana.

" Mas.. Tuan telah menanti di dalam "

Kata salah satunya satpam dihalaman rumah.

Raffa menggangguk, tanpa ada menyahut.

Menyaratkan ke-2 boddyguardnya untuk bawa raffi di dalam rumah.

Raffi menggelinjang perlahan saat rasakan badannya melayang-layang, dia menggerjap saat itu matanya terbeliak. " Lepasin gue! " Raffi terkesiap dan kembali lagi berteriak, waktu dua orang boddyguard itu dengan cepat meredam tangannya.

" Aarrgghhh! Terlepas! Gue ngomong terlepas! "

Raffi lagi meronta-ronta sebab boddyguard itu lagi menggeretnya di dalam rumah.

" Bebaskan ia "

Sorot mata raffi menajam saat seorang lelaki separuh baya mendatanginya.

PLAK!

Raffi tersenyum getir, dia telah terlatih memperoleh tamparan dari papah nya. Dia bahkan juga tidak perduli sama sekalipun.

" APA YANG KAMU MAU SEBENARNYA HAH! APA TIDAK CUKUP SEMUA YANG PAPA BERIKAN SELAMA INI! "

Teriaknya dengan suara tinggi yang demikian menggema. " KENAPA KAMU SELALU SAJA MEMBUAT ULAH! MEMBUAT PAPA PUSING! "

Raffi termenung tanpa ada menyahut, dia benar-benar tidak perduli apa yang disebutkan papah nya.

" Apa papah ingin nampar raffi kembali? "

Bertanya raffi seakan melawan papah nya.

" KAMU INI BENAR-BENAR RAFFI! "

Tangan itu akan melayang-layang kembali tetapi ketahan menyaksikan pojok bibir anaknya keluarkan darah.

Raffi mengerling, selanjutnya melengos demikian saja dengan tatapan dinginnya.

Raffa mendesah perlahan, Dia telah terlatih menyaksikan pertikaian papah dan adiknya itu. Nyaris tiap minggu. " Pa.. " dia merapat.

" Ke mana ia pergi sesungguhnya? "

Bertanya papah nya tanpa ada melihat.

" Raffi pergi kerumah bibi Aminah "

Sahut Raffa perlahan.

" Aminah? "

Raffa menggangguk, Papah nya benar-benar tidak menyahut dan berakhir demikian saja.

" Pantau raffi, janganlah sampai ia kabur kembali. Saya harus selekasnya ke universitas "

Ucapnya sambil mengambil langkah mengikut papah nya. Dia memijit keningnya yang berasa berdenyut.

" Baik Mas "

Sahut ke-2 boddyguard itu.

Di dalam kamarnya, raffi melihat menuju jendela. Disitu dia menyaksikan ayah nya akan pergi kembali.

" Istana ini ibarat neraka "

Gumamnya lirih.

*****
****

Sore hari ini, Awan gelap kembali lagi nampak bergerumbul. Sinyal akan turun hujan.

Yaya mengambil langkah kan kakinya secara cepat sesudah turun dari transportasi umum. betul saja, Saat dia sampai dihalaman Hujan turun dengan demikian lebatnya.

" Hhh.. Untung saja sudah sampai "

Yaya mendesah lega.

" Neng.. "

Yaya melihat, dengar suaranya ibu nya. Senyumannya megar.

" Assalamu'alaikum bu "

Yaya menyalimi ibunya dengan santun.

" Waalaikumsalam "

Yaya mengeryit, menyaksikan mata ibu nya yang sembab. " Ibu mengapa? Kok ibu nangis? " bertanya nya cemas.

" Den raffi neng.. "

" Raffi? Ibu nangis karena raffi? "

" Den raffi dibawa pergi.. "

Yaya terheran, memandang ibu nya seakan minta keterangan.

" Barusan, cocok eneng pergi sekolah. Ada mobil ke sini. Mendadak saja mereka nyeret-nyeret den raffi neng, den raffi dibawa pergi " Aminah kembali lagi menangis.

" Sama siapa bu? Ibu mengenal sama orangnya? "

" Ia ngaku nya kakak den raffi neng, tetapi ibu th cemas pisan neng. Kumaha atuh "

" I-ibu tenang.. Mendingan kita masuk dahulu nya. "

Yaya bawa ibu nya masuk ke, dengan hati yang bercamuk. " Apa jangan-jangan orang itu teh yang nelpon raffi semalem bu? Soalnya ia meminta alamat " Kata yaya merusak kesunyian.

" Ya allah neng.. Jangan-jangan itu teh melarikan.. "

Aminah tersentak.

" Iiihh kumaha atuh ibu mah, tidak boleh nakut-nakutin yaya! "

Yaya cemas sebab ibu nya mengira-ngira

" Coba atuh neng, kamu telepon balik ke sana "

Yaya menggangguk dan selekasnya lari ke arah kamarnya untuk ambil gawai raffi. " Ini nomernya bu, coba yaya telepon dahulu nya "

Yaya berusaha untuk mengontak nomor itu, berulang-kali tidak diangkat. " Aduhh teu diangkat bu, kumaha atuh "

Yaya bersungut-sungut cemas.

" Berlagak atuh coba di Sms neng "

yaya menuliskan suatu hal digawai itu dengan khawatir, entahlah mengapa dia berasa benar-benar cemas.

" Kumaha neng? Dibales? "

Bertanya Aminah.

" Belum bu, baru ke kirim "

Aminah mondar-mandir tidak terang menanti balasan pesan, begitupun dengan yaya. Dia berasa bersalah sebab dianya lah yang menginformasikan di mana raffi ada.

" Aduuh.. Kumaha atuh gening tidak dibales-bales bu, yaya teh cemas " Yaya kembali lagi bernada sesudah 15 menit menanti, Aminah tidak bergerak. Dia berasa takut dan cemas bila berlangsung suatu hal ke raffi. Yaya mendesah perlahan, coba kembali lagi mengontak nomor itu. Dia tersentak saat panggilan itu terhubung

" H-halo? Halo Assalamu'alaikum "

[ Waalaikumsalam, Ada apakah? ]

" Ada apakah! Ada apakah! Kamu teh tentu orang yang sudah membawa den raffi ! Balikin den raffi! Kamu teh siapa! Kamu melarikan ya! "

Raffa menghindari gawainya, mengernyit bingung. Suara gadis itu kedengar cempreng memekakkan telinga. [ Saya kakaknya, Saya memiliki hak bawa nya pulang. ]

Sahut raffa setenang kemungkinan. Ia paham yang menghubunginya sekarang ialah gadis yang tadi malam mengusung panggilannya.

" Atuh kumaha ayeuna den raffi di mana! Kamu tidak ngapa-ngapain den raffi kan? Ini teh ibu saya jadi cemas daritadi nangis lagi karena kamu membawa den raffi! "

Yaya memekik, penuh kecemasan.

Raffa memijat keningnya yang berasa makin berdenyut. [ Raffi baik saja, ia ada dikamarnya ].

[ Tidak boleh berbohong kamu! Coba kasih hape nya! Saya ingin bicara! ]

Raffa yang barusaja pulang dari universitas, melangkahkan kakinya ke kamar raffi.

Dia tidak memperdulikan celotehan gadis yang saat ini sedang meneleponnya.

" Raffi, membuka pintu nya "

Raffa mengetok pintu itu berulang-kali, hingga kemudian pintu itu terbuka tampilkan raffi dengan muka datarnya.

" Ada yang ingin bicara sama lo "

Kening raffi mengernyit, Raffi terima hp yang diberi kakaknya selanjutnya mendekatkannya ke telinga.

[ Kamu tentu melarikan! Kamu teh penjahat! Kamu teh tidak takut dosa nya! Balikin den raffi! ]

Dia merinding takut sana dengar pekikan seorang gadis disebrang sana, dia mengenali suara itu selanjutnya memisahkannya dari telinga nya.

" Ia ingin mastiin kalau lo baik saja, sepertinya ia perhatian sekali sama lo "

Kata raffa dibarengi senyum.

" Diem lo! "

Raffa mengedikkan pundak nya berpura-pura tidak perduli.

" Halo? "

[ Halo? Raffi? Kamu raffi? ]

" Iya, gw raffi. Ada apakah lo nanyain gue "

Bertanya nya usaha nampak biasa-biasa saja.

[ Ya allah.. Alhamdulillah, yaya teh cemas pisan. Kamu baik saja kan? ]

Raffi terheran, yaya mencemaskannya. Entahlah mengapa hatiya memanas. " Gue baik saja " jawabannya dengan senyum simpul.

[ Jelasin sama yaya, kata ibu kamu digeret-seret masuk di mobil. Itu teh siapa? ]

" Itu kakak gue, sudah lo tidak perlu cemas " Raffi berasa suka sebab yaya mencemaskannya.

[ Ini ucapnya ibu ingin bicara ]

Yaya memberi hp itu pada ibunya, dia meruntuk dalam hati waktu menjelaskan jika dianya cemas.

[ H-halo aden? ]

Raffi tersenyum dengar suara ibu asuhnya. " Halo bi "

[ Ya allah aden.. Bibi teh cemas pisan, aden tidak kenapa-kenapa? ]

" Tidak kok bi, affi baik saja "

[ Alhamdulillah kalau begitu mah den, bibi senang dengernya ]

Raffi tersenyum lirih, dia bahkan juga tak pernah dicemaskan oleh ke-2 orangtuanya.

" Iya bibi, bibi tidak boleh cemas kembali. Kelak kalau ada waktu affi tentu main kembali ke sana "

[ Iya aden, menjaga diri baik nya. Bibi teh nyaah pisan sama aden ]

" Terima kasih bi, bibi terus memberi kasih sayang yang tidak pernah affi peroleh dari siapa saja. Affi sayang sama bibi " Raffi tersenyum ikhlas waktu menjelaskannya.

Raffa terheran, dia terang tahu raffi seakan menyindirnya. Seakan mengkritik papah dan mama nya sendiri.

Ia paham, semenjak kecil raffi diAsuh oleh bibi Aminah. Raffi tak pernah memperoleh kasih sayang dan perhatian sebab papah dan mama nya begitu repot.

Saat ini ia paham, fakta itu jadikan raffi seperti saat ini, tak pernah dengarkan perkataannya apa lagi pengucapan papah dan mama nya.

Dia cuman akan dengarkan pengucapan Aminah, ibu asuhnya.

Nah demikianlah beberapa cerita cinta yang negatif. semoga dapat menghibur kalian semua dan memberikan manfaat untuk sobat semua. terima kasih sudah berkunjung dan membaca hingga selesai.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url